Radigfa Media

Bencana !!! AI Sebabkan 3.000 Tenaga Kerja di Industri Teknologi Terancam Mengalami Pengangguran.

radigfamedia.online - Di nukil CNBC Indonesia melaporkan bahwa Penyelenggara Game Developers Conference (GDC) baru-baru ini merilis hasil survei tahunan mengenai Kondisi Industri Game atau State of the Game Industry. 

Foto: Ilustrasi Pekerja yang di PHK Sumber futureskill

Dari lebih dari 3.000 responden, sebanyak 84 persen menyatakan tingkat keprihatinan yang signifikan terhadap aspek etika penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) generatif di industri game.

Hasil survei tersebut mengungkapkan alasan-alasan kekhawatiran yang dirasakan oleh para pengembang, termasuk potensi penggantian pekerja manusia oleh AI yang dapat memperburuk pemutusan hubungan kerja (PHK) atau menimbulkan potensi pelanggaran hak cipta yang dapat membuat pengembang terkena masalah hukum. Para pengembang juga merasa khawatir bahwa kehadiran AI dapat mengakses data dari game yang mereka buat tanpa izin mereka.

Baca Juga: Pemilih Baru Wajib TAHU!! Inilah Dampak Negatif Tidak Memberikan Suara (Golput) Pada Pemilu 2024!

Survei GDC menyajikan rincian sentimen pengembang terhadap AI berdasarkan jenis pekerjaan yang mereka lakukan. Responden yang bekerja di bidang teknis seperti pemasaran, pemrograman, dan bisnis cenderung melihat AI sebagai sesuatu yang berdampak positif pada pekerjaan mereka. Di sisi lain, responden yang bekerja dalam bidang kreatif seperti seni, narasi, dan jaminan kualitas cenderung merasa bahwa kehadiran AI akan membawa dampak negatif pada pekerjaan mereka.

Seorang responden yang tidak ingin disebutkan namanya menulis, "Saya berpikir bahwa menggantikan pekerjaan seseorang sepenuhnya merupakan kekhawatiran yang sangat nyata," seperti yang dikutip dari The Verge pada Senin (22/1/2023).

Ia melanjutkan, "AI seharusnya digunakan untuk meningkatkan kemampuan, bukan mengurangi jumlah tenaga kerja."

Baca Juga: Tok!!! RAPBD 2024 Kabupaten HST Disahkan

Pemilihan perangkat lunak mesin untuk pembuatan video game menjadi salah satu pokok bahasan utama dalam hasil survei. Sebanyak tiga puluh tiga persen dari responden yang disurvei menggunakan Unity atau Unreal Engine dalam proses pengembangan.

Pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan survei, Unity mengumumkan kebijakan biaya runtime yang menimbulkan kontroversi di industri dan mengecewakan sejumlah pengembang independen, sebelum akhirnya kebijakan tersebut dicabut. Terkait peristiwa ini, sepertiga dari pengembang yang disurvei mengungkapkan pertimbangan mereka untuk beralih atau mengganti perangkat lunak mesin game.

Foto: Ilustrasi Pekerja di PHK 2 (Sumber pngdownload)

Baca Juga: 3 Rekomendasi Wisata Alam Terbaik Kalimantan Selatan

Salah satu tanggapan anonim dalam survei menyatakan, "Kami telah mempertimbangkan untuk beralih ke Godot atau membuat [mesin permainan] kami sendiri, sehingga tidak perlu khawatir tentang praktik bisnis yang tidak etis atau kepentingan pemegang saham."

Seiring dengan meredanya dampak pandemi, beberapa perusahaan mulai menerapkan kembali kebijakan kantor (return to office/RTO), yang menurut sebagian pengembang dianggap berdampak negatif terhadap industri secara keseluruhan.

Lebih dari seperempat pengembang memiliki kebijakan yang mewajibkan kembali ke kantor. Pada kuartal tersebut, 40 persen melaporkan bekerja di studio AAA dibandingkan dengan 16 persen di studio indie.

Baca Juga: Wajib Bangga!!! Meski Tersingkir Dari Piala Asia 2023, Erick Thohir Berharap Tim Nasional Tak Perlu Sesali Kekalahan

Meskipun kebijakan kembali ke kantor bervariasi dari lima hari kerja penuh hingga jadwal yang tergabung, hasil survei menunjukkan bahwa penerapan kembali ke kantor yang bersifat wajib menyebabkan ketidakpuasan di kalangan pengembang.

Salah satu tanggapan menyatakan, "Mayoritas besar menentang kebijakan kembali ke kantor selama tiga hari per minggu, namun pemimpin perusahaan merasa bahwa mereka yang paling mengetahui situasi."

Baca Juga: Berbagai Macam Seni Budaya dan Tradisi Orang Banjar

"Pengunduran diri yang terjadi berturut-turut, hilangnya semangat. Hal ini disebabkan karena kami telah membuktikan kemampuan kami dalam pengembangan game dari awal, sambil bekerja dari rumah selama pandemi, dan orang-orang tidak dapat memahami mengapa bukti tersebut tidak dianggap cukup."

Selain kekhawatiran terkait AI, para pengembang juga merasa prihatin dengan krisis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi di industri ini.

Baca Juga: Komunitas Gusdurian Barabai Gelar Temu Penggerak Perkuat Jejaring Kepedulian Demokrasi Kedepan

Lebih dari sepertiga dari responden melaporkan bahwa mereka secara pribadi maupun di perusahaan mereka telah merasakan dampak PHK.

Survei ini dilakukan pada bulan September 2023, bersamaan dengan pengumuman Epic Games akan melakukan PHK terhadap lebih dari 800 karyawan, dan sebelum terjadi PHK di studio Unity, Embracer Group, dan Bungie.

Baca Juga: Dapatkan Wejangan Dari Emil Salim Kini Anies Baswedan Makin Siap Pimpin Negeri

Sebanyak 56 persen dari responden menyatakan bahwa PHK telah terjadi di studio mereka sendiri, dan menurut pandangan mereka, peningkatan jumlah PHK disebabkan oleh penyesuaian arah pascapandemi.

Dalam tanggapan anonim, seseorang menyebut, "Studio tumbuh terlalu cepat selama pandemi, dan orang-orang menghabiskan lebih sedikit uang untuk bermain game selama krisis biaya hidup."

Baca Juga: Terbaru!!! Iphone Resmi Merilis Pembaruan iOS 17.2.1

Dom Tait, direktur penelitian di Omdia (mitra penelitian GDC untuk survei ini), menyatakan bahwa gelombang PHK saat ini berasal dari perusahaan yang berupaya menyesuaikan pengeluaran mereka untuk kembali ke tingkat sebelum pandemi.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak