Radigfa Media

Awas !!! 8 Penyakit Hati Dalam Perspektif Islam yang Harus Dihindari

Radigfamedia.online - Penyakit hati atau (psychoses) adalah gangguan kepribadian yang dicirikan oleh ketidakseimbangan mental yang mendalam dan gangguan emosional yang mengubah individu yang normal menjadi tidak mampu mengelola dirinya untuk beradaptasi dengan lingkungannya. 

Ilustrasi Penyakit Hati - Foto Istimewa

Dua istilah yang dapat diidentifikasi dengan psychoses ini adalah insanity dan dementia. Insanity adalah istilah resmi yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut kehilangan kendali karena perilakunya. Istilah demensia digunakan untuk sebagian besar gangguan mental, tetapi secara umum saat ini diinterpretasikan sebagai sinonim dari gangguan mental yang mencolok. Hal ini karena mereka sering kali menunjukkan perilaku yang tidak terkendali.

Dalam konteks Islam, penyakit hati seringkali dikaitkan dengan beberapa perilaku tercela atau sifat buruk (al-akhlaq al-mazmumah), seperti suka pamer, egois, ketidakstabilan emosional, dan sebagainya.

Kemudian dalam konteks ini, penekanan penulis terfokus pada 8 jenis penyakit hati yang harus dihindari, yaitu: riya’, sum'ah, ujub, fakhr, ikhtiyal, tasahhul, ananiyah, dan syuhh. 

Beberapa sifat tercela di atas memiliki relevansi ketika dianggap sebagai gangguan jiwa, karena dalam aspek kesehatan mental (mental hygiene), sifat-sifat tersebut dapat dianggap sebagai indikator dari gangguan jiwa manusia (psychoses). Oleh karena itu, pada individu yang mengalami gangguan jiwa, salah satu ciri khasnya adalah adanya sifat-sifat buruk tersebut.

Berikut beberapa penyakit hati dalam perspektif Islam yang harus dihindari:

1. Riya

Riya merupakan penyakit hati yang mendalam dalam ajaran Islam. Ini mencerminkan ketidakmurnian niat dan perbuatan seseorang dalam menjalankan ibadah. Riya mengarah pada kecenderungan untuk memperlihatkan kebaikan secara berlebihan kepada orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan pujian atau pengakuan, bukan untuk memperoleh keridhaan Allah. 

Dalam Al-Quran, Allah mengingatkan bahwa perbuatan riya tidak akan mendatangkan manfaat apa pun di akhirat, bahkan dapat menyebabkan hancurnya amal ibadah seseorang. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk selalu memperbaiki niat dan tindakan mereka agar ikhlas semata-mata karena Allah (Aktivitas atau ibadahnya ingin dilihat & dipuji orang lain).

2. Sumah

Dalam Islam, sum'ah merupakan perilaku yang perlu dihindari karena dapat merusak moral dan menciptakan kerusakan dalam masyarakat. Ini mencakup mendengarkan percakapan yang tidak bermanfaat, mendengarkan gosip, fitnah, atau pembicaraan yang memicu keburukan (Maunya ingin selalu didengar orang lain).

Rasulullah Muhammad S.A.W. mengajarkan agar kita menjaga lidah dan telinga dari terlibat dalam hal-hal yang tidak berguna atau merugikan. Hal ini penting untuk menjaga kebersihan hati dan menyebarkan kebaikan, serta untuk menjauhi godaan untuk terlibat dalam pembicaraan yang tidak bermanfaat atau berdampak negatif.

3. Ujub

Ujub dalam ajaran Islam merujuk pada sikap sombong atau bangga diri yang berlebihan atas kebaikan atau prestasi yang dimiliki seseorang. Ini adalah bentuk kesombongan yang muncul ketika seseorang merasa lebih baik dari orang lain karena pencapaian atau kelebihan yang dimilikinya, tanpa menyadari bahwa segala sesuatu yang dimiliki berasal dari anugerah Allah.

Ujub dianggap sebagai penyakit hati yang menghalangi seseorang untuk meraih keberkahan dan kesempurnaan spiritual karena menyebabkan terputusnya hubungan dengan Allah dan mengurangi rasa syukur terhadap-Nya (Merasa bangga dengan kelebihan diri dalam hal rupa/ilmu).

Oleh karena itu, dalam ajaran Islam, sangat penting bagi seseorang untuk menghindari sikap ujub dan selalu merendahkan diri serta mengakui bahwa segala kebaikan dan prestasi berasal dari anugerah Allah.

4. Fakhr

Fakhr dalam ajaran Islam mengacu pada perasaan bangga atau kesombongan yang muncul sebagai hasil dari menunjukkan atau menyebutkan kebaikan atau kelebihan diri sendiri kepada orang lain dengan tujuan mendapatkan pujian atau pengakuan dari mereka. Ini berbeda dengan rasa syukur yang tulus kepada Allah atas anugerah yang diberikan-Nya. 

Fakhr merupakan bentuk riya yang menonjolkan diri dengan tujuan memperoleh penghargaan atau kebanggaan dari manusia, bukan semata-mata karena Allah. 

Dalam ajaran Islam, fakhr dianggap sebagai tindakan yang buruk karena menyebabkan seseorang melupakan sumber sejati segala kebaikan, yaitu Allah, dan mengarah pada kecenderungan untuk memperlihatkan diri sendiri sebagai pusat perhatian dan penghargaan, bukan Allah. Sebagai gantinya, Islam mengajarkan pentingnya rendah hati dan menghargai kebaikan orang lain, serta tidak membanggakan diri dengan pencapaian atau kelebihan yang dimiliki (Merasa bangga dengan kelebihan harta & tahta yang dimiliki).

5. Ikhtiyal

Ikhtiyal dalam ajaran Islam merujuk pada tindakan membanggakan diri sendiri atau merasa lebih baik daripada orang lain karena mendapatkan keuntungan atau kelebihan tertentu. Ini mirip dengan rasa sombong atau bangga diri yang berlebihan atas prestasi atau keberhasilan yang dimiliki seseorang. 

Ikhtiyal sering kali muncul ketika seseorang merasa bahwa kelebihannya membuatnya lebih unggul atau superior dibandingkan dengan orang lain, dan ini dapat mengarah pada perilaku yang merendahkan atau meremehkan orang lain (Merasa ingin tidak tersaingi oleh orang lain, dan selalu ingin tampil berbeda).

Dalam ajaran Islam, ikhtiyal dianggap sebagai sikap yang tidak patut karena bertentangan dengan prinsip kesetaraan dan persaudaraan dalam Islam. Sebaliknya, Islam mengajarkan pentingnya untuk menjauhi sikap ikhtiyal dan merendahkan diri di hadapan Allah serta menghargai martabat dan kebaikan orang lain tanpa membanggakan diri atas pencapaian atau kelebihan yang dimiliki.

6. Istikhfaf

Istikhfaf dalam ajaran Islam merujuk pada sikap meremehkan atau menganggap enteng terhadap sesuatu atau seseorang. Ini mencakup perilaku meremehkan nilai-nilai agama, mengabaikan tuntutan moral, atau menganggap remeh ajaran-ajaran agama.

Istikhfaf dianggap sebagai sikap yang tercela dalam Islam karena menunjukkan ketidakpedulian atau ketidaksadaran akan pentingnya menghormati nilai-nilai dan prinsip-prinsip agama serta menghargai martabat manusia (Menganggap enteng orang lain/meremehkannya).

Rasulullah Muhammad S.A.W. menekankan pentingnya menjauhi sikap istikhfaf dan menghormati nilai-nilai agama serta martabat sesama manusia. Sebagai gantinya, Islam mendorong umatnya untuk bersikap hormat dan peduli terhadap nilai-nilai agama, serta menghargai martabat dan keberadaan setiap individu dalam masyarakat.

7. Ananiyah

Dalam ajaran Islam, "ananiyah" merujuk pada sikap egois atau sikap yang terlalu memperhatikan diri sendiri. Ini mencakup perilaku dan sikap yang mengutamakan kepentingan diri sendiri tanpa memperhatikan kebutuhan atau kepentingan orang lain (Egois /mementingkan diri sendiri).

Ananiyah bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang menekankan pentingnya tolong-menolong, kerjasama, dan empati terhadap sesama manusia. 

Rasulullah Muhammad S.A.W. mengajarkan umatnya untuk menjauhi sikap ananiyah dan mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi. Dalam Islam, sikap yang lebih ditekankan adalah sikap altruisme, kesediaan untuk berbagi, dan peduli terhadap kesejahteraan orang lain, sehingga umat Islam diajarkan untuk bersikap rendah hati dan tidak egois dalam berinteraksi dengan sesama manusia.

8. Hirs

Dalam ajaran Islam, sikap kikir jiwa atau serakah disebut dengan istilah "hirs". Hirs merujuk pada keinginan yang berlebihan dan tidak terkendali terhadap harta atau kekayaan, serta keserakahan yang melampaui batas yang diizinkan dalam Islam. 

Sikap hirs atau serakah dianggap sebagai sifat yang buruk karena dapat menghalangi seseorang dari berbagi dengan sesama, berbuat baik, dan menjalani hidup dengan penuh rasa syukur terhadap anugerah Allah. 

Rasulullah Muhammad S.A.W. mengingatkan umatnya untuk menjauhi sikap hirs dan mengajarkan pentingnya untuk hidup sederhana, berbagi dengan yang membutuhkan, dan mengendalikan keinginan duniawi agar tidak menguasai diri. Dalam Islam, kesederhanaan, kedermawanan, dan keikhlasan dalam berbagi adalah nilai-nilai yang sangat dihargai, sehingga umatnya diajarkan untuk menjauhi sikap hirs dan menggantinya dengan sikap rendah hati, dermawan, dan tulus dalam berbuat baik kepada sesama.

Adapun Kikir jiwa memiliki 5 ciri;

  1. Selalu mengingat-ingat kelebihan /kebaikan dirinya. 
  2. Mudah sekali melupakan kebaikan orang lain terhadapnya. 
  3. Jika ia salah, tidak pernah mau minta maaf.
  4. Jika orang lain salah, tidak mau memaafkan. 
  5. Orang lain harus menuruti keinginannya, sebaliknya dia tidak peduli dengan keinginan orang lain.
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak