Radigfa Media

Biografi Singkat Datu Taniran: Jejak Perjalanan Ulama dan Dakwah Islam di Hulu Sungai Selatan

Makam Datu Taniran - Foto Faqir Ahmad

Radigfamedia.online - Al 'Alimul 'Allamah Syaikh H. Muhammad Thayyib gelar Syaikh H. Sa'duddin atau Datu Taniran merupakan salah satu dzuriat dari Syaikh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datu Kalampayan, adapun nasab beliau adalah Datu Taniran bin Mufti H. Muhammad As'ad bin Syarifah binti Syaikh Muhammad Arsyad Al Banjari. Datu Taniran lahir di Desa Dalam Pagar, Martapura sekitar tahun 1780 M atau 1194 H.

Datu Taniran selalu berkhidmat atau mengabdikan diri kepada kakak beliau yakni Mufti H. Muhammad Arsyad Pagatan, beliau selalu mendampingi ke mana saja kakaknya pergi berdakwah. Datu Taniran sejak kecil sudah mendapat pendidikan agama dari ayahnya yaitu Mufti H. Muhammad As'ad dan juga dari datuk serta kakaknya.

Baca Juga: Sepenggal Kisah Hidup Almarhum Guru Danau : Ulama Berkharisma, Kaya, Serta Mandiri Dalam Berdakwah dan Berbisnis

Ketika berusia sekitar 25 tahun, Datu Taniran pergi ke Tanah Suci Makkah Al Mukarramah untuk belajar ilmu agama. Sekembalinya dari Makkah yaitu pada tahun 1812 M, datanglah tetua masyarakat atau tokoh masyarakat Desa Taniran menemui orangtua Datu Taniran yaitu Mufti H. Muhammad As'ad dengan maksud agar berkenan mengirim seorang guru ke desa mereka guna memberikan pendidikan agama. Mendengar hal demikian, Mufti H. Muhammad As'ad selaku Mufti Kesultanan Banjar dengan senang hati mengirim anaknya yang baru datang dari Makkah.

Mendapat kabar bahwa Mufti H. Muhammad As'ad bersedia mengirim seorang guru agama untuk memimpin masyarakat Desa Taniran, Abah Saleh yang saat itu merupakan Kepala Desa Taniran sangat gembira. Begitu pun dengan masyarakat Desa Taniran merasa senang dan bersyukur karena mereka akan memiliki seorang pemimpin agama yang dapat meningkatkan keyakinan beragama dan amaliyah mereka.

Menggunakan Perahu Bagiwas yang khusus didatangkan dari Desa Taniran melalui Sungai Nagara (Daha) lengkap dengan awak perahu dan seorang juru kemudi bernama Su Salum, masyarakat menjemput Datu Taniran di Martapura.

Sebagai wujud kegembiraan dan rasa syukur masyarakat atas kesediaan Datu Taniran tinggal di desa mereka, maka masyarakat menghibahkan sebidang tanah perkebunan kelapa dengan luas sekitar 10 borongan atau 28.900 meter persegi. Lahan tersebut untuk tempat tinggal sekaligus dijadikan komplek kegiatan belajar-mengajar Datu Taniran.

Inilah awal mula tempat pendidikan agama atau basis dakwahnya Datu Taniran yang setiap hari didatangi orang untuk belajar. Selain masyarakat Desa Taniran, juga banyak orang datang dari berbagai daerah di Hulu Sungai seperti Barabai, Nagara, Amuntai, dan daerah lainnya.

Setelah kurang lebih 45 tahun berkhidmat mengabdikan diri kepada agama dan masyarakat, akhirnya tepat pada 5 Shafar 1278 H atau 12 Agustus 1861 M Datu Taniran berpulang ke rahmatullah dalam usia 81 tahun dan dimakamkan di Desa Taniran. Makam Datu Taniran pernah direhab pada tahun 1919 M, karena banyaknya peziarah juga membuat makam kembali dipagar pada tahun 2000-an.

Adapun makam Al 'Alimul 'Allamah Syaikh H. Muhammad Thayyib (Datu Taniran) terletak di Desa Taniran Kubah, Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan (Link Google Maps).

Sumber: H. Muhammad Arsyad, dzuriyat Datu Taniran

(Ditulis Oleh Al Faqir Ahmad)

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak