Radigfa Media

Mengenal Sosok Pendiri Masjid Jami' Ibrahim Nagara: Habib Ibrahim bin Umar Al Habsyi

Makam Habib Ibrahim bin Umar Al Habsyi - Foto: Al Faqir Ahmad

Radigfamedia.online - Habib Ibrahim bin Umar Al Habsyi lahir di Kota Seiwun, Hadhramaut, Yaman. Terlahir dari keluarga yang mulia dengan keberlimpahan ilmu dari seorang ayah bernama Habib Umar Al Habsyi membuat beliau sangat mencintai ilmu. Selain belajar kepada ayah beliau sendiri, beliau juga belajar kepada Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi (Pengarang Kitab Maulid Simthud Durar). Selain itu, beliau juga menimba ilmu dengan:

1. Habib Ahmad bin Muhsin Al Ahdhar.

2. Habib Abdurrahman bin Muhammad Al Manshur.

3. Habib Hasan bin Ahmad Al Aydrus.

4. Habib Ali bin Salim bin Syaikh Abu Bakar bin Salim.

Habib Ibrahim hafal 30 juz Al Qur'an dan lebih dari 12000 matan Hadits. Kedatangan beliau ke Indonesia adalah melaksanakan tugas yang diberikan gurunya yaitu Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi, dan beliau datang ke Indonesia bersama tiga orang murid Habib Ali lainnya. Selain itu, beliau datang ke Indonesia bersama anak tercinta yang bernama Habib Muhammad Al Habsyi dan meninggalkan seorang saudara di Hadhramaut bernama Habib Musa bin Umar Al Habsyi. Beliau pertama kali menginjakkan kaki di Ampel, Surabaya kemudian menetap di Banjarmasin dan Martapura dan terakhir menetap di Nagara hingga akhir hayat beliau. Tempat beliau mengajarkan ilmu adalah masjid, untuk itu beliau menyumbangan sebagian hartanya untuk pembangunan masjid tersebut. Pelajaran yang beliau sampaikan adalah pelajaran Tasawwuf, Al Adzkar karya Imam Nawawi, Syarah Ibnu Qasim, dan Mukhtashar Al Hadhramiyah.

Ada kejadian yang sangat mengherankan ketika tengah melaksanakan pembangunan masjid. Pada awalnya masjid jami' yang kini berada di Desa Sungai Mandala dibangun di Desa Tambak Bitin, salah satu desa yang terletak di seberang Sungai Mandala. Pada suatu ketika terjadi angin ribut yang terjadi selama tiga hari tiga malam, angin ribut tersebut menerbangkan puncak masjid jami' yang terletak di Desa Tambak Bitin ke Desa Sungai Mandala, kemudian puncak masjid tersebut dikembalikan ke Desa Tambak Bitin. Namun ketika dikembalikan ke tempatnya semula, terjadi lagi angin ribut yang menerbangkan puncak masjid itu, dan hal tersebut berlangsung sebanyak tiga kali. Dengan adanya kejadian tersebut, akhirnya Habib Ibrahim Al Habsyi bersama masyarakat setempat sepakat untuk memindahkan pembanguan masjid ke Desa Sungai Mandala. Untuk pembangunan masjid tersebut, diperlukan kayu besar dan tinggi. Masyarakat bersama-sama mencari kayu tersebut, namun sekian lama kayu yang diperlukan belum juga ditemukan, akhirnya mereka melaporkan hal tersebut kepada Habib Ibrahim Al Habsyi. Setelah mendapatkan laporan dari masyarakat tersebut, akhirnya beliau melaksanakan shalat sunnah dua raka'at. Setelah beliau selesai shalat, beliau memberitahukan kepada masyarakat bahwa besok hari jam 11 akan tiba empat kayu besar dan tinggi. Memang benar apa yang dikatakan beliau, pada keesokan harinya tepat jam 11 pagi terlihat empat batang kayu yang besar dan tinggi hanyut mengapung di Sungai Mandala. Untuk menaikkan kayu yang besar dan panjang tersebut, tidak ada seorang pun yang sanggup. Maka dengan diikatkan tali oleh Habib Ibrahim dan dengan bertawakkal kepada Allah, kayu tersebut naik ke darat dengan tangan beliau sendiri.

Kejadian lain yang sangat mengherankan adalah ketika akan mendirikan tiang guru masjid yang besar dan panjang, beliau meminta agar disediakan kayu gaharu atau cendana untuk ditaburkan di perapian, namun ketika itu tidak seorang pun yang mempunyainya. Kemudian beliau mengumpulkan sisa potongan kayu-kayu kecil dan dimasukkan di perapian, dari perapian tersebut keluar bau harum kayu gaharu, dan kemudian dengan tangan beliau sendiri membetulkan letak tiang masjid tersebut. Untuk pembangunan masjid itu diperlukan biaya yang tidak sedikit, beliau bersama masyarakat kemudian mengumpulkan sumbangan dari rumah ke rumah. Beberapa masyarakat yang tidak berpunya juga didatangi oleh beliau dan dengan jujur mereka mengatakan bahwa mereka tidak punya uang, namun dengan tersenyum Habib Ibrahim mengatakan bahwa uangnya ada di tempat anu. Dan setelah diperiksa tempat yang ditunjukkan oleh beliau, ternyata di sana memang ada uang dan uang tersebut langsung diserahkan semuanya untuk pembangunan masjid.

Demikianlah beberapa usaha Habib Ibrahim untuk membangun masjid tempat penyebaran ajaran agama Islam. Pernah suatu ketika beliau pergi ke Banjarmasin dan kendaraan yang beliau tumpangi mogok di jalan karena kehabisan bahan bakar, oleh beliau diperintahkan untuk mengisi bahan bakar tersebut dengan air, anehnya kendaraan tersebut dapat melanjutkan perjalanan hingga sampai ke tujuan.

Di lain waktu beliau menyuguhkan tamunya dengan teko kecil padahal waktu itu tamunya banyak sekali, tapi anehnya dari teko kecil tersebut keluar air yang banyak dan mencukupi semua tamu.

Menjelang kembalinya beliau ke pangkuan ilahi, beliau pulang ke Hadhramaut dengan keinginan menghabiskan usia dan bermakam di sana. Namun sesampainya beliau di sana, ternyata tanpa sengaja beliau membawa pena milik panitia pembangunan masjid. Ketika mengetahui bahwa beliau tanpa sengaja membawa pena milik oranglain, beliau kemudian kembali ke Nagara untuk mengembalikan pena milik panitia masjid tersebut dan akhirnya wafat di sana.

Habib Ibrahim bin Umar Al Habsyi berpulang ke rahmatullah pada hari Jum'at tanggal 14 Shafar 1354 H atau bertepatan dengan 17 Mei 1935 M.

Sebelum shalat Jum'at dilaksanakan, beliau memberikan tugas kepada orang-orang tertentu untuk memandikan jenazah beliau. Tidak lama setelah shalat Jum'at, beliau berpulang ke rahmatullah seperti yang telah beliau sampaikan kepada keluarganya.

Adapun makam Habib Ibrahim bin Umar Al Habsyi (Pendiri Masjid Jami' Ibrahim Nagara) terletak di Desa Sungai Mandala, Kecamatan Daha Utara (Nagara), Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan.

Penulis: Al Faqir Ahmad

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak